Sabtu, 19 September 2015

Sistem Pertanian Organik Terpadu (Pankrasius Rega 13722)

Sistem Pertanian Organik Terpadu

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering kita sebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang dilahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh  hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah  saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi  dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya.
Sistem produksi ternak sapi, misalnya yang dikombinasi dengan lahan-lahan pertanian hendaknya dapat disesuaikan dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan. Hendaknya ternak yang kita pelihara tidak menggangu tanaman yang kita usahakan, bahkan mendukung.  Dalam hal ini tanaman pangan sebagai komponen utamanya dan ternak menjadi komponen keduanya.
Konsep pertanian terpadu ini perlu kita galakan, mengingat sistem ini di samping menunjang pola pertanian organik yang ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan usaha peternakan. Komoditas sapi merupakan salah satu komoditas yang penting yang harus terus ditingkatkan. Oleh karena itu upaya ini dapat digalakan pada tingkat petani baik dalam rangka penggemukan ataupun dalam perbanyakan populasi. Dengan meningkatnya populasi ternak sapi akan mampu menjamin ketersediaan pupuk kandang di lahan pertanian. Sehingga program pertanian organik dapat terlaksana dengan baik, kesuburan tanah dapat terjaga, dan pertanian bisa berkelanjutan.
Sebenarnya integrasi ternak dan tanaman ini tidak terbatas pada budidaya tanaman padi dengan sapi saja, namun juga dapat dikembangkan integrasi dalam sistem lahan kering dan perkebunan. Semuanya tergantung dari usaha pertanian yang dikembangkan setempat, sehingga limbah pertaniannya dapat bervariasi seperti misalnya limbah jerami padi dilahan sawah dan limbah jerami jagung dilahan kering, limbah tanaman bawang merah pun dapat digunakan untuk pengembangan ternak.
Sistem tumpangsari tanaman dan ternak banyak juga dipraktekkan di daerah  perkebunan.  Tujuan sistem ini adalah untuk pemanfaatan lahan secara optimal.  Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.  Keuntungan-keuntungan dari sistem ini antara lain :
(1) Dari tanaman perkebunannya dapat menjamin tersedianya tanaman peneduh bagi ternak, sehingga dapat mengurangi stress karena panas,
(2) meningkatkan kesuburan tanah melalui proses kembaliya air seni dan kotoran padatan ke dalam tanah, (3) meningkatkan kualitas pakan   ternak, serta membatasi pertumbuhan gulma,
(4) meningkatkan hasil tanaman perkebunan dan
(5) meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya.
Sebenarnya sistem pertanian terpadu ini tidak terbatas pada pengusahaan hewan besar saja seperti sapi dan kerbau, namun juga dapat dintegrasikan antara ternak unggas dengan tanaman pangan, hotikultura. Kotoran unggas cukup potensial dimanfaatkan sebagai pupuk.

Dikutip dari : http://www.stppmalang.ac.id/index.php?id=artikel&kode=28

1 komentar:

  1. a. Nilai Penyuluhan ialah:
    Sumber Teknologi/Ide : Pola integritas yaitu perpaduan antara ternak yang menghasilkan pupuk (kandang) dengan tanaman pertanian yang menghasilkan pakan bagi ternak.
    Sasaran : Petani agar memanfaatkan lahan secara optimal dengan hasil yang lebih.
    Manfaat: Tanpa limbah yang terbuang (kotoran hewan ternak jadi pupuk, dan sisa tanaman—padi misalnya, menjadi pakan ternak) dari pola integritas ini. Tanaman perkebunan juga menjadi salah satu bagian dari pola ini. Dengan manfaat sebagai hasil utama dan peneduh sapi dan pakannya (rumput)
    Nilai Pendidikan : adanya pola yang sistematis dan dapat di terapkan di daerah yang belum optimal terkelola.

    b. Nilai berita dalam artikel ialah :
    Timelines : berita sudah tidak baru lagi (setelah pengecekan ke website asli), namun masih isu yang terus dibahas hingga sekarang, yaitu pertanian terpadu.
    Proximity : artikel ini dekat dengan petani karena bersentuhan langsung dengan petani. Mereka sebagai pelaku usaha yang melakukan usaha ini. Mereka yang menjalankan usaha ini. Dan tentu saja mereka yang merasakan manfaat dari pola ini.
    Importance : infomasi yang terkandung dalam artikel ini, adalah informasi yang dibutuhkan petani untuk mengoptimalkan lahan pertanian dengan pertanian terpadu bersama hewan ternak.
    Consequence : akibat dari terlaksanakannya pola pengoptimalisasian ini kepada petani, yaitu mereka diharapkan mendapat keuntungan lebih dengan penghasilan bukan hanya dari tanaman pertanian, namun juga dari hewan ternak.
    Development : jika pola ini berhasil, perkembangan pertanian terpadu bisa ke arah yang lebih baik. Dan petani kesejahteraan hidupnya mulai pelan-pelan terbangun, yang secara tidak langsung dapat mengembangkan pertanian secara umum, dan keluarganya juga lingkungannya secara khusus.

    Nama : Rahquel Edelweis
    NIM : 13470
    Golongan : A3.2
    Kelompok : 1

    BalasHapus